Hi, guest ! welcome to Mahasiwa2Universitas. | Contact | CallMe Twitter | CallMe Facebook

Jumat, 14 November 2014

Pengujian Sifat Fisik Kimiawi Protein ( Praktikum Biokimia )

Disusun Oleh :
Created By : MUJIZAT ALAM (MAHASISWA UNPAD SEMESTER 2 2014) Call Me @MujizatAlam21 

Praktikum BIOKIMIA 

PENGUJIAN SIFAT FISIK KIMIAWI PROTEIN
Mujizat Alam 230210130065

ABSTRAK
Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Protein juga merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Molekul protein terdiri dari unsur-unsur C, H, O, S, N, P, dan beberapa unsur logam seperti besi dan tembaga. Kegiatan praktikum yang dilakukan mengenai pengujian sifat fisik kimiawi protein, yang bertujuan untuk memahami perubahan sifat-sifat protein karena berbagai perlakuan dengan penambahan asam, basa, dan pemanasan dan juga untuk memahami ikatan peptida pada protein, sifat koagulasi protein baik yang amfoter maupun reversible. Alat yang digunakan meliputi beaker glass, hot plate, pH meter, cawan petri, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi KOH, H2SO4, kulit ikan, pereaksi ninhidrin. Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur perubahan pH, penambahan asam/basa. Sampel berupa putih telur, dan ikan (daging,tulang,kulit) akan mengalami denaturasi protein yang disebabkan oleh pemanasan dan penambahan asam / basa. Pada pemanasan mengalami denaturasi irreversible, sedangkan pada penambahan asam / basa mengalami denaturasi reversible. Penambahan asam kuat membuat sampel mengalami penurunan pH lebih besar dibandingkan asam lemah. Dan penambahan basa kuat membuat sampel mengalami kenaikan pH lebih besar dibandingkan basa lemah.

Kata kunci: protein, judul praktikum, alat dan bahan, pengujian protein, hasil


PENDAHULUAN
Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000 sampai lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Protein memiliki keunikan sifat, struktur dan fungsi yang dipengaruhi oleh  jumlah, jenis dan urutan asam amino penyusunnya. Keunikan tersebut diantaranya mempengaruhi rasa dan tekstur bahan yang mengandung protein, konfigurasi protein dapat diubah dengan perlakuan fisik maupun kimia dan protein dapat mengalami degradasi yang menghasilkan molekul yang lebih sederhana dan hasil sampingan.
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Terdapat dua jenis denaturasi protein, yaitu pengembangan rantai peptida (koagulasi) dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul ikatan. Ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi adalah ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionic, dan ikatan intramolekuler. Pembentukan ikatan yang cukup banyak dapat menyebabkan protein tidak lagi terdispersi sebagai koloid. Protein yang terdenaturasi akan mengalami penurunan kelarutan, peningkatan viskositas, hilangnya aktifitas biologi dan protein mudah diserang enzim proteolitik. Peningkatan vikositas pada protein yang terdenaturasi akan berpengaruh pada penurunan kelarutan di dalam cairan yang menyebabkan protein menjadi mudah mengendap. Denaturasi juga menyebabkan protein kehilangan karakteristik struktural dan beberapa kandungan senyawa di dalamnya, namun struktur utama protein seperti C, H, O dan N tidak akan berubah. Namun hal tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil jenis protein. Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Denaturasi dapat terjadi karena beberapa hal yaitu karena pengaruh pH, panas, pelarut, logam berat, garam, kekuatan ion, terlarut, dan radiasi.
Sumber protein itu salah satunya adalah putih telur, ikan (daging). Telur merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Selain itu, putih telur memiliki fungsi yang cukup penting diketahui oleh masyarakat yaitu sebagai penawar racun apabila seseorang keracunan logam berat.
Sifat kimiawi yang terjadi disebabkan karena protein dapat bermuatan negatif, positif, dan keduanya pada lingkungan pH tertentu. Sifat kimiawi sangat reaktif karena memiliki sifat amphoter, mengikat ion, dan mengikat air. Amphoter adalah protein yang mempunyai dua sifat yang berlawanan yaitu dapat bersifat asam atau basa, atau dapat bereaksi dengan asam ataupun basa, ataupula dapat memberi dan menerima secara bersamaan. Sifat ini dipengaruhi oleh pH lingkungan dimana protein tersebut berada.
Pada kesempatan minggu kemarin, dilakukan praktikum pengujian sifat fisik kimiawi protein, yang bertujuan untuk memahami perubahan sifat-sifat protein karena berbagai perlakuan dengan penambahan asam, basa, dan pemanasan dan juga untuk memahami ikatan peptida pada protein, sifat koagulasi protein baik yang amfoter maupun reversible.




METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum biokimia mengenai sifat fisik kimiawi protein, dilaksanakan pada hari Selasa 4 Nopember 2014 yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi, Gedung 4 FPIK Universitas Padjadjaran. Alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa beaker glass, hot plate, pH meter, cawan petri, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan berupa NH3, KOH, H2SO4, CH3COOH, telur ayam mentah, ikan (daging, tulang dan kulit), pereaksi ninhidrin.

Disiapkan 2 mL atau 2 g sampel pada tabung reaksi
|
Diukur pH sampel
|
Ditambahkan 1 mL asam atau basa pada sampel
 |
Diamati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi
 |
Sampel dipanaskan diatas hotplate selama 15 menit
|
Ditambahkan pereaksi ninhidrin setelahnya
 |
Diukur pH sampel yang telah diberi perlakuan

 



HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok
Sampel
Perlakuan
pH Awal
pH Akhir
Pengamatan sebelum Pemanasan
Setelah Pemanasan+ninhidrit
5
Daging
Asam Kuat
7
0


Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Basa Kuat
13
Sampel hancur, warna menjadi kuning
Aquades
7
Warna menjadi ungu
6
Kulit
Asam kuat
7
0
Garis hitam kulit memudar
Sempel mengkerut kemudian hancur
Basa kuat
13
Bagian putih kulit memudar
Sempel hancur
Aquades
7
Tidak ada perubahan
Sempel mengkerut dan terbelah, air keruh
7
Tulang
Asam kuat
7
0
Tidak ada perubahan


Tidak ada perubahan
Basa kuat
13
Pada basa air menjadi keruh
Aquades
7
Air menjadi keruh
8
Telur
Asam kuat
10
1
Warna menjadi putih
Gumpalan putih larut
Basa kuat
13
Terdapat gumpalan
Tidak ada perubahan
Aquades
9
Lebih cair
Terdapat gumpalan putih dan cairan berwarna
Sumber : Lab Bioteknologi Shift 1


Kelompok
Sampel
Perlakuan
pH awal
pH akhir
Pengamatan Sebelum Pemanasan
Pengamatan Sesudah Pemanasan
Pengamatan Uji Ninhidrin
13
Daging
Asam Lemah




7
2
Tercium bau khas CH3COOH
 Menggumpal
Negatif, tidak ada perubahan
Basa Lemah
10

Terdapat bau khas NH3

Menggumpal
Positif, Larutan berwarna ungu
Aquades
5
Tidak terdapat bau yang khas
Menggumpal
Negatif, tidak ada perubahan
14
Kulit
Asam Lemah





7
2
Larutan berubah keruh
Berbentuk dan bau menyengat
Negatif, tidak ada perubahan
Basa Lemah
11
Tidak ada perubaha
Larutan menjadi keruh dan tekstur kulit hancur
Negatif, tidak ada perubahan
Aquades
8
Tidak ada perubaha
Larutan berwarna putih keruh , tak berbau
Positif, Larutan berwarna ungu
15
Tulang
Asam Lemah


7
3
Berbau asam dan menyengat
air  menjadi keruh

Negatif, tidak ada perubahan


Basa Lemah
10
Berabau amonia
air  menjadi keruh


Aquades
7
Tidak ada perubaha
Tidak ada perubaha








16
Telur
Asam Lemah


10
3
Terjadi Endapan
Terjadi Koagulasi

Negatif, tidak ada perubahan
Basa Lemah
10
Larutan cair, tidak terjadi perubahan
Menggumpal dibawah
Positif, terdapat serat ungu
Aquades
9
Larutan lebih encer
Berubah dari liquid menjadi solid semua
Positif, berwarna Ungu muda
Sumber :  Lab Bioteknologi Shift 2

PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan minggu kemarin yaitu mengenai pengujian sifat fisik kimiawi protein dengan menggunakan sampel ikan (tulang, daging, kulit) dengan prosedur yang telah ditentukan untuk mengetahui kandungan asam amino bebas dan protein pada ikan tersebut. Pada pengujian ini, apabila terjadi perubahan warna menjadi warna ungu, hal tersebut menandakan bahwa adanya indikasi terkandungnya asam amino bebas dan protein pada sampel tersebut akibat dari pemberian pereaksi ninhidrin. Prinsip yang digunakan dalam praktikum ini yaitu denaturasi protein.
Hasil pengujian dan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 16 pada telur, diperoleh pH awal sebesar 10. Kemudian telur dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama diberikan perlakuan penambahan larutan asam kuat H2SO4 sebanyak  1 ml, sedangkan tabung reaksi kedua diberikan perlakuan berupa penambahan larutan basa kuat KOH sebanyak 1 ml dan pada tabung ketiga hanya dipanaskan.
Uji sifat protein  pada telur dengan perlakuan pemberian asam lemah, dan didapatkan pH berubah dari 10 menjadi 3 disetai terjadinya endapan, lalu setelah di panaskan tekstur berubah dari cair menjadi padat menandakan terjadi koagulasi, setelah itu ditetesi pereaksi ninhidrin dan tidak terjadi perubahan dan setelah dipanaskan kembali tetap tidak terjadi perubahan.
Uji sifat protein telur dengan pemberian basa lemah, tidak terjadi perubahan pH tetap 10 dengan cairan sedikit cair, dan setelah di panaskan tekstur berubah dari cair menjadi padat, menggumpal di dasar, terakhir setelah ditetesi pereaksi ninhidrin hasilnya positif terdapat serat-serat berwarna ungu.
Uji protein dengan perlakuan pemanasan pada telur didapat, pH berubah dari 10 menjadi 9 yang disertai dengan perubahan fisik dari cair menjadi padat, lalu setelah ditetesi pereaksi ninhidrin tidak terjadi perubahan tetapi setelah di panaskan kembali warna sampel bagian permukaan berubah menjadi keunguan.
Perubahan pH yang terjadi baik pada perlakuan dengan pemberian asam lemah, basa lemah, dan juga pemanasan dikarenakan asam lemah dapat menurunkan pH dan basa lemah dapat menaikan pH. Terjadinya endapan dan gumpalan pada perlakuan pemberian asam lemah membuktikan terjadinya proses denaturasi dan juga koagulasi (rusaknya struktur primer sekunder dan tersiernya), hal tersebut bisa di lihat dari hasil denaturasi dan koagulasi yaitu gumpalan dan juga endapan. Setelah proses pemanasan perlakuan asam lemah menjadi padat hal tersebut terjadi karena adanya proses koagulasi, pada perlakuan basa lemah menjadi adanya endapan hal tersebut terjadi dikarenakan adanya proses koagulasi yang disertai proses denaturasi, sedangkan pada perlakuan pemanasan cairan berubah menjadi padat dikarenakan adanya proses koagulasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa protein dapat mengalami perubahan struktur kimia karena proses pemanasan, penambahan asam dan basa. Sehingga bisa dikatakan, bahwa protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Indikasi terjadinya denaturasi protein dapat dilihat dari segi warna, tekstur sampel tersebut, setelah mengalami perlakuan sesuai prosedur. Protein lebih mudah mengalami denaturasi sehingga dapat menghilangkan gugus protein pada bahan makanan apabila melakukan perlakuan yang membuat protein terdenaturasi.

DAFTAR PUSTAKA
Marthohargono, S. 1984. Biokimia. Gadjah Mada University. Press : Yogyakarta
Suhartono. 1989. Protein dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor: Bogor
Poedjiadi,Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.

LAMPIRAN

Share this article now on :

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))

Comment if you like this paper.